Pertanyaan Kelompok KM ke-2 (Lanjutan..)

1. Knowledge Yang Penting Bagi Perusahaan dan Dasarnya.
Beberapa knowledge yang penting bagi Boeing adalah:

  • Perancangan pesawat komersial yang lebih memenuhi kebutuhan dan selera pelanggan dibanding rancangan pabrikan lain (termasuk Airbus, pesaingnya dalam permainan duopoli industri pesawat).
  • Strategi-strategi dalam menjalankan bisnis inti yang sehat, kekuatan leverage (kemampuan melakukan lebih banyak hal dengan sumber daya yang lebih sedikit) terhadap produk dan jasa baru serta membuka wilayah/pasar yang baru serta potensial.
  • Penerapan budaya Sharing Knowledge dan peran serta karyawan dalam pengambilan keputusan di lingkungan perusahaan yang terintegrasi melalui proyek Boeing 777.

I. Perancangan Pesawat.
Seperti diketahui, salah satu kunci dalam memenangkan persaingan industri adalah dengan menarik lebih banyak pelanggan melalui produk yang dihasilkan. Untuk menarik lebih banyak pelanggan, perusahaan perlu memahami apa yang dicari dan dibutuhkan para pelanggan, untuk kemudian menciptakan produk sesuai dengan kebutuhan pasar. Berdasarkan pada kenyataan tersebut, salah satu Knowledge yang penting bagi Boeing adalah Knowledge pada penciptaan produk, dalam hal ini pesawat terbang. Pesawat buatan Boeing terbukti dapat menarik lebih banyak pelanggan dibanding pesawat buatan perusahaan lain. Boeing mengembangkan model-model yang sukses di pasaran yaitu Boeing 737, Boeing 757, dan Boeing 767 pada tahun 1990-an. Kesemuanya itu menghasilkan keuntungan yang luar biasa bagi Boeing hingga pada tahun 1995 Boeing mulai mengenalkan Boeing 777 yang menjadikan Boeing sebagai produsen pesawat jet komersial yang paling berhasil.
Kunci efisiensi dari model 777 adalah pada sayapnya. Sayap 777 sangat panjang dan kurus sehingga cukup kuat untuk mendukung model pesawat yang jauh diperbesar. Boeing 777 adalah pesawat pertama yang dirancang sepenuhnya oleh komputer.
Selama fase desain 777, lima orang wakil presiden bertemu secara teratur setiap selasa pagi dalam sebuah rapat kecil di markas perusahaan di Seattle, WA. Dari hasil itulah banyak pendapatan yang masuk dari layanan Boeing 777 karena banyaknya fitur yang dimasukkan dalam desain 777 sehingga memperoleh 3 pencapaian program yaitu interior pesawat, desain pesawat dan manufaktur pesawat.
Knowledge perancangan pesawat pada Boeing ini termasuk knowledge yang penting untuk terus dijaga dan dikembangkan agar tetap bisa menjaga keunggulan atas pesaingnya.

II. Strategi Menjalankan Bisnis.
Dalam menjalankan bisnisnya, Boeing menerapkan strategi kekuatan leverage, yaitu kemampuan melakukan lebih banyak hal dengan sumber daya yang lebih sedikit. Contohnya adalah pada produksi pertama Jet Boeing 707 pada tahun 1958. Hanya dengan bantuan pemerintah, Boeing mampu membuat pesawat yang menjadi terobosan besar dalam sejarah penerbangan komersial, sehingga dijadikan landasan dalam mempertahankan model jet berikutnya.
Boeing juga menerapkan strategi untuk membuka wilayah ataupun pasar yang baru dan potensial. Pengembangan Boeing 707 pun diproduksi menjadi 2 jenis pesawat jet, yaitu untuk kepentingan militer dan penerbangan komersial.
Dalam memproduksi produk barunya, perusahaan ini cukup berani mengambil resiko untuk dipertaruhkan. Seperti pada proyek pengembangan Boeing 747 misalnya. Pengembangan 747 dipertaruhkan oleh Boeing dengan menginvestasikan hampir seluruh total kekayaan Boeing dalam proyek 747 tersebut. Hal ini menjadikan Boeing berada di ambang kebangkrutan. Dalam jangka panjang, investasi besar-besaran Boeing terhadap 747-nya ternyata menuai keuntungan yang luar biasa dan memaksa pesaingnya yaitu Lockheed dan McDonnel Douglass tertinggal jauh dibelakang dan akhirnya mundur dari persaingan.

Pada tahun 1997, Boeing menjalankan strategi akuisi untuk memperkuat posisi bisnisnya dengan membeli McDonnell Douglas seharga USD 14 milyar sehingga menjadikan Boeing sebagai produsen pesawat terbang terbesar di dunia.
Strategi-strategi menjalankan bisnis seperti ini merupakan knowledge penting bagi Boeing dalam menjaga perusahaan untuk tetap eksis dan bahkan untuk memenangi persaingan di industri pembuatan pesawat terbang.

III. Penerapan Budaya Sharing Knowledge dan Gagasan.
Penerapan knowledge ini dimulai ketika Boeing mengerjakan proyek 777 yang merupakan proyek terbesar setelah proyek 747. Pada proyek 777, para manajer Boeing selalu memotivasi para pekerjanya dari semua tingkatan agar berani berbicara, menyampaikan pendapat atau saran, serta ikut berperan dalam pengambilan keputusan.
Tim yang bertanggung jawab atas proyek 777 terdiri dari sekelompok 5 wakil presiden yang dipimpin oleh Condit. Selama tahap perancangan 777, Para pimpinan Boeing mengadakan pertemuan setiap minggunya yang disebut ”Muffin Meeting”. Dalam pertemuan ini tidak ada susunan agenda, pembatasan waktu, ataupun pemungutan suara. Pertemuan ini diadakan untuk mendiskusikan masalah project 777 dengan dipimpin oleh Condit sendiri secara informal, dan mempersilakan setiap pimpinan untuk mengungkapkan ide masing-masing. Dengan gaya santai dan saling terbuka antar pimpinan seperti ini, Condit percaya bahwa semangat kerja dapat meningkat sehingga dapat meningkatkan pula produktivitas kerja.

Knowledge pada gaya kepemimpinan dan manajemen Boeing ini juga termasuk knowledge penting yang perlu dipelihara serta dikembangkan demi peningkatan produktivitas secara konsisten.

2. Aspek Pengaruh Lintas Budaya Dalam Perusahaan.
Setelah Boeing mengakuisisi McDonnell-Douglas pada tahun 1997 menjadikan Boeing sebagai perusahaan manufaktur pesawat terbang sipil komersial terbesar di dunia mengalahkan rival utamanya dalam industri sejenis yaitu Airbus.
Dalam hal tersebut tidak terdapat pengaruh lintas budaya dikarenakan baik Boeing maupun McDonnell-Douglass berasal dari negara yang sama yaitu Amerika Serikat dan tentu saja McDonnell-Douglass yang beradaptasi dengan budaya kerja Boeing dikarenakan McDonnell-Douglass di beli oleh Boeing bukan merger dengan Boeing sehingga Boeing memegang peran besar dalam pengaturan perusahaan dan manajerialnya.

Sharing KM dalam Boeing di mulai dengan memberdayakan para karyawan Boeing untuk turut serta berperan menyumbangkan kontribusinya dalam membangun mega proyek 777 dan pada akhirnya kontribusi mereka berhasil dengan luar biasa yang dapat dilihat dari revenue penjualan Boeing 777 mengalahkan rival sejawat Boeing yaitu Airbus.

Posted in Pertanyaan Kelompok KM (2) | Leave a comment

Manfaat ‘Knowledge Management’

book
Barang siapa memegang akses informasi, dialah yang akan memenangkan persaingan. Alfin Toffler menulis “mantra” ini dalam bukunya Powershift (1991).

Mantra itu merupakan semacam gambaran nyata tentang situasi bisnis menjelang abad ke-21 ini. Menurut Toffler, kesuksesan suatu perusahaan dan organisasi tidak hanya ditentukan pada kecanggihan proses bisnis serta inovasi barang dan jasa yang dihasilkan, melainkan juga pada bagaimana mereka dapat mengelola dan memberdayakan informasi yang ada pada perusahaan tersebut.

Informasi, juga pengetahuan, tersebar dalam berbagai bentuk. Ada yang mudah dikelola–karena berbentuk dokumen, surat elektronik, halaman web, dan informasi tercatat lainnya–ada yang masih harus dianalisis karena tersimpan dalam database, serta ada juga yang lebih sulit untuk diakses, sebab berupa pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh karyawan atau pihak ketiga. Padahal sering kali justru informasi semacam inilah yang lebih berharga dibandingkan jenis informasi yang tercatat.

Teknologi digital memainkan peranan penting dalam hal ini. Kapasitas simpan komputer yang semakin besar, aplikasi perangkat lunak, dan kecanggihan teknologi internet memberikan keleluasaan bagi perusahaan untuk dapat mengolah semua jenis informasi tadi menjadi pengetahuan yang berguna dan bermakna (knowledge management). Knowledge management bukanlah produk aplikasi, melainkan suatu konsep sistem.

Sistem knowledge management yang efektif akan membuat karyawan secara cepat dan mudah menemukan data, informasi, dan pengetahuan lainnya. Sehingga memungkinkan mereka untuk menganalisis informasi secara mudah dan berkolaborasi dengan karyawan lain serta pihak ketiga tanpa dibatasi oleh lokasi serta perbedaan waktu.

Salah satu contoh penerapan knowledge management adalah ITCP (Indonesian Technical Cooperation Programmes). ITCP merupakan proyek yang dikembangkan oleh Sekretariat Kabinet Indonesia. Tujuannya untuk berbagi informasi dan keahlian antara Indonesia dengan negara berkembang lainnya. Aktivitas ITCP meliputi pelatihan; studi kunjungan; pertemuan kelompok yang mencakup area pertanian, pendidikan, informasi, sumber alam, perencanaan keluarga, dan sebagainya. Saat ini peserta ITCP tersebar sampai ke 90 negara dengan jumlah mencapai lebih dari empat ribu orang.

Semula proyek ini mengalami banyak kesulitan, tidak hanya dalam proses persiapan dan registrasi, melainkan juga pada proses dokumentasi dan pelaporan. Bagaimana menentukan jenis pelatihan yang paling dibutuhkan; bagaimana mencari dan menentukan kebutuhan akan pakar yang kompeten di bidangnya; bagaimana mengklasifikasikan laporan hasil suatu proyek atau studi agar dapat dimanfaatkan oleh negara lain; merupakan kendala yang dihadapi selama ini dan tidak dapat secara cepat dan optimal ditangani oleh administrasi manual.

Sekretariat Kabinet kemudian memutuskan untuk menggunakan aplikasi berbasis web sehingga kecepatan informasi dapat jauh lebih meningkat, mengingat luasnya area cakupan peserta ITCP. Dengan hanya bermodalkan program penjelajah (browser) dan koneksi ke internet, para peserta dapat dengan mudah memantau laporan proyek serta agenda pertemuan, serta memberikan masukan mengenai kebutuhan akan pelatihan serta pakar.

Masukan ini akan menjadi salah satu faktor penentu dalam pembuatan agenda kegiatan pelatihan ataupun studi. Kemudahan lainnya adalah dalam proses pencarian informasi. Data, dokumen, dan laporan sudah diklasifikasikan dengan beberapa kriteria yang diolah sedemikian rupa, sehingga informasi yang dihasilkan akan optimal dan tepat sesuai dengan kebutuhan dari peserta.

‘One stop service’

otak
Pendekatan yang hampir serupa juga dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP). UNDP menyediakan suatu fasilitas yang disebut one stop service kepada para stafnya agar dapat mengelola proyek-proyek UNDP di Indonesia. Disebut one stop service, karena semua perangkat lunak (Word, Excell, dan lain-lain), aplikasi database, jadwal kegiatan/kalendar, pendistribusian pekerjaan dan data dapat diakses dengan mudah melalui program penjelajah (browser). UNDP menggunakan program penjelajah agar semua informasi dapat tersaji secara visual, mulai dari proses pemantauan sampai dengan pendeteksian kemajuan dan perkembangannya.

Sistem manajemen proyek berbasis web di UNDP terintegrasi dengan database dan sistem surat-menyurat, sehingga pengguna dapat dengan mudah berkolaborasi baik melalui program e-mail, faksimile maupun dokumen melalui antarmuka (interface) yang sama. Guna mengurangi kesalahan, disediakan juga template untuk setiap dokumen yang sudah baku dan draft pada tiap tahapan proyek yang bila sudah diselesaikan, secara otomatis akan masuk ke langkah selanjutnya dan menjadi semacam tugas (task) untuk pengguna selanjutnya.

Proses aliran pekerjaan ini selain membuat proyek menjadi lebih efisien dan terorganisasi, juga memungkinkan semua pihak melihat sejarah setiap proyek, sehingga memudahkan untuk proses perencanaan selanjutnya seperti sistem database. Pada umumnya akses terhadap data-data yang berhubungan dengan proyek dibatasi dengan simpul-simpul keamanan yang terintegrasi pada tingkat pemakai dan pengelola database.

Sampai saat ini UNDP belum melakukan penghitungan secara rinci mengenai manfaat intranet terhadap pilihan sistem tanpa kertas (paperless system) ini, karena penerapannya baru sebatas penyediaan dokumentasi dalam bentuk intranet, internal memo, pendelegasian pekerjaan, pengumuman, dan katalog. Tapi yang jelas, proses pengambilan keputusan jadi lebih cepat dan efesien. .Tim MediaTek

Disajikan atas kerja sama Media Indonesia dan Microsoft Indonesia.

sumber referensi : http://www.asmakmalaikat.com/go/buku/26082000_1.htm

Posted in Pengertian KM | Tagged , | 1 Comment